Jumat, 13 Oktober 2017

RESUME MODUL 7 KB 2 PEND. BAHASA INDONESIA DI SD



KEGIATAN BELAJAR 2
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendiri yang harus dikuasai guru. Sebagai guru yang profesional, dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter) setiap pembelajaran keterampilan berbahasa (kompetensi dasar berbahasa), kompetensi dasar kebahasaan dan juga sastra. Hal yang tak kalah penting bagi guru bahasa adalah : (1) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi; (2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; (3) menafsirkan secara kritis dan kreatif  isi kurikulum; (4) memahami  masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI di SD.
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui  daya simak siswa, daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar mengungkapkan pengetahuan, kemampuan dan keberanian siswa dalam  berbicara. Kedua keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan yang resiprokal, artinya, kegiatan tersebut saling mengisi. Adanya kegiatan berbicara jika ada yang mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf, kata, kalimat sederhana pada anak. Sistem pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca awal (membaca permulaaan), sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa yang dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan metode langsung, metode eklektik, ataupun metode linguistik. Sedangkan untuk pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan (1) teknik membaca sekilas (skimming), (2) teknik membaca memindai (scanning); dan (3) Teknik SQ3R.
Pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil. Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak dini. Agar memiliki keterampilan menulis, seseorang dituntut : 1) memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi; 2) gemar membaca; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca; dan 4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah (menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan (huruf); 2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan; 3) mengembangkan ide yang dimilikinya; 4) mampu memilih kata, kalimat dan gaya dalam menulis. Menulis itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan secara bertahap, yaitu perencanaan menulis (prapenulis), penulisan, dan revisi (Mc.Crimmon, 1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5).

A.  MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan fokus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja, akan tetapi keterampilan yang menjadi fokus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari keterampilan lain yang tidak menjadi fokus. Setiap keterampilan berbahasa yang menjadi fokus merupakan kegiatan pembelajaran  yang utama karena pembelajaran berangkat, tertuju, dan berakhir pada keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran. Di samping pembelajaran difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang lain, didalamnya juga terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.

B.  MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA
Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil, tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan siswa, teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan siswa tentang sastra. Karena dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan ragam budaya.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat  dapat merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya. Dengan membaca sastra anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari hubungan yang manusiawi.