KEGIATAN
BELAJAR 2
MODEL
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Setiap pembelajaran keterampilan
memiliki ciri-ciri tersendiri yang harus dikuasai guru. Sebagai guru yang profesional,
dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri (karakter) setiap pembelajaran keterampilan
berbahasa (kompetensi dasar berbahasa), kompetensi dasar kebahasaan dan juga
sastra. Hal yang tak kalah penting bagi guru bahasa adalah : (1) memahami betul karakteristik
pembelajaran untuk masing-masing kompetensi; (2) memahami tuntutan kurikulum
dan masyarakat; (3) menafsirkan secara kritis dan kreatif isi kurikulum; (4)
memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI di SD.
Pembelajaran mendengarkan dan
berbicara merupakan pembelajaran pertama yang dapat dilakukan guru pada
pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran
mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak
siswa, daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar
mengungkapkan pengetahuan, kemampuan dan keberanian siswa dalam
berbicara. Kedua keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan dan berbicara
merupakan kegiatan yang resiprokal,
artinya, kegiatan tersebut saling mengisi. Adanya kegiatan
berbicara jika ada yang mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas
rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf, kata, kalimat sederhana pada anak.
Sistem pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca awal (membaca
permulaaan), sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa yang
dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran
membaca dapat dilakukan dengan berbagai metode dan teknik. Untuk membaca di
kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan metode
langsung, metode eklektik, ataupun metode linguistik. Sedangkan untuk
pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan (1) teknik membaca sekilas
(skimming), (2) teknik membaca memindai (scanning); dan (3) Teknik SQ3R.
Pembelajaran menulis merupakan yang
sering dinilai banyak orang belum berhasil. Untuk membuat seorang terampil
menulis harus dimulai sejak dini. Agar memiliki keterampilan menulis, seseorang
dituntut : 1) memiliki kemampuan mendengarkan (daya simak) yang tinggi; 2)
gemar membaca; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak dan dibaca; dan 4)
menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah (menulis
permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan
(huruf); 2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah
penulisan, sedangkan pada kelas tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk
1) menguasai teknik menulis, 2) menuangkan ide ke dalam tulisan; 3) mengembangkan
ide yang dimilikinya; 4) mampu memilih kata, kalimat dan gaya dalam menulis. Menulis
itu sendiri merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan
secara bertahap, yaitu perencanaan menulis (prapenulis), penulisan, dan revisi
(Mc.Crimmon, 1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5).
A. MODEL
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan fokus
keterampilan berbahasa bukan berarti hanya mengajarkan salah satu jenis
keterampilan berbahasa saja, akan tetapi keterampilan yang menjadi fokus
mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari keterampilan
lain yang tidak menjadi fokus. Setiap keterampilan berbahasa yang menjadi fokus
merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat,
tertuju, dan berakhir pada keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran. Di
samping pembelajaran difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan
divariasikan dengan keterampilan yang lain, didalamnya juga terjadi
pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.
B. MODEL
PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA
Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada
menikmati karya sastra. Teori-teori sastra diajarkan dengan presentasi yang
sangat kecil, tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan siswa, teori-teori
sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan siswa tentang sastra.
Karena dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan,
pengetahuan, teknologi, dan ragam budaya.
Sastra
memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan
anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang
tepat dapat merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia
sekitarnya. Dengan membaca sastra anak akan memperoleh nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia
mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari hubungan yang manusiawi.